ETUDE DI SUATU MASA

Sajak Rudiana Ade Ginanjar 

 

 

Kata-kata telah jatuh, mungkin hujan.

Hening meletuskan nyanyian

sekuntum kembang malam

yang mekar

            di kebun seorang sufi.

 

Sekali waktu debur hangat matahari

yang dikuduskan

mulai menitahkan gerimis pergi.

 

Bagaimana waktu akan mencari

nada pertama pertemuan.

 

Lagu ini terus sembunyi,

ke balik pohon malam.

Lagu musim berakhir hujan.

 

Ada sungai panjang

menjadi tampungan hati.

Sungai dari masa silam,

tempat senandung murni hari.

 

Aku harus tidur,

sambil menyalakan mimpimu.

Tidur, dengan matahari tugur.[1]

 

Minggu demi minggu, bulan memangkas

            warna malam; puncak-puncak

pohon kini silau

oleh gema cahaya.

 

Pada denyut pertama,

alun tengah hari. Pada rentang

yang melintas refrain[2]

keterjagaan kita.

 

Oh, seluruh hari menjadi sebuah kidung

yang menganyam api dalam perapian

di ruang tamu kehadiran.

 

Adakah yang bertandang,

adakah kehilangan mendapati

pengganti?

 

Pada titi nada ke berapa,

segalanya risih. Lambaian jauh,

sebuah baris bunyi

merdu.

 

2025



[1] Menjaga. (Jw.)

[2] Nada yang berulang dalam musik.

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

CAHAYA DAN BENANG: Bagian 1 (Han Kang)

KETIKA TAHUN BARU TIBA

CAHAYA DAN BENANG: Bagian 2 (Han Kang)