KERETA API (Nukilan Cerita)




Oleh: Alice Munro


    Mereka melangkah melalui papan-papan kayu yang diletakkan di atas lantai kotor yang ganjil, dalam kegelapan yang terpelihara oleh jendela yang terpasang papan. Menjadi sedingin pada suatu tempat dalam ruang kosong saat lelaki itu terlelap. Dia telah terbangun lagi dan lagi, mencoba mengerutkan dirinya sendiri dalam keadaan di mana ia dapat tinggal dalam kehangatan. Perempuan itu tidak menggigil di tempat ini—dia menyeruakkan bau dari usaha baik hati yang menyehatkan dan apa yang serupa persembunyian sapi.

    Belle menuangkan susu segar ke dalam baskom dan menutupnya dengan sepotong kain katun tenun longgar yang disimpannya, dan memandu lelaki itu ke bagian utama dari rumah itu. Jendela-jendela di sana tak memiliki korden, sehingga cahaya mencapai ke dalam ruang. Begitu pula perapian kayu masih terpakai. Terdapat tempat cuci dengan pompa lengan, sebuah meja dengan kain layar di atasnya usang di beberapa bagian dalam sobekan-sobekan, dan sebuah dipan yang tertutup oleh selimut tebal lama yang bertambalan.

    Juga sebuah bantal yang telah menumpahkan sejumlah bulunya.

    Sejauh ini, tidak begitu buruk, walaupun kuno dan teledor. Terdapat kebiasaan dalam segala hal yang bisa kau ketahui. Tapi angkatlah kedua matamu dan tataplah di sana pada papan-papan kayu terdapat surat kabar atau majalah timbun-menimbun atau sekadar beberapa jenis kertas, menggunduk hingga langit-langit….




(Dinukil dari cerita pendek “Kereta Api” karya Alice Munro. Diperoleh dari Harper’s Magazine, edisi April, 2012 dalam judul “Train”. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Rudiana Ade Ginanjar. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.)


Comments

Popular posts from this blog

DUA KOTA

OH, KAPTEN! KAPTENKU! (Walt Whitman)