Posts

Showing posts from 2023

SAJAK PENGHUJUNG TAHUN

  JOHN KEATS Tertulis di Malam Musim Panas Lonceng gereja mendentangkan kisaran murung, Memanggil orang-orang pada suatu doa lain, Suatu kesuraman lain, keacuhan yang lebih ngeri, Lebih mendengarkan suara seram khotbahan. Dengan yakin nalar manusia terikat sepenuhnya Pada suatu mantra samar: menyaksikan tiap diri meneteskan air mata Dari riang tepi pediangan dan hawa Lydian, Dan gigih melawan itu semua dengan kejayaan bermahkota. Masih, masih mereka berdentang, dan akan kurasakan lembap, Dingin bak dari sebongkah makam, sungguh aku tidak tahu Mereka sekarat bagai sebutir lampu aus, Inilah desahan mereka, lengkingan, bergegas mereka Terlupakan—bunga-bunga baru akan mekar, Dan menuju kejayaan-kejayaan dari cap abadi. Judul asli, “Written on a Summer Evening” karya John Keats. Diterjemahkan oleh Rudiana Ade Ginanjar . Terangkum dalam John Keats: Selected Poems (2004) dari Coradella Collegiate Bookshelf Editions. Hak cipta © 2004 pada thewritedirection.net. Sumber: www.pd

DUA KOTA

Sajak Rudiana Ade Ginanjar Dua Kota               —antara Cilacap dan Yogyakarta   Tahun berganti. Telah kukenang perjumpaan terakhir, kunjungan pada jalur cita-cita, seakan migrasi fauna hidup menyala.   Kotak-kotak dari gelombang prasangka. Pagar-pagar meninggi pandang. Tanah datar meniup lengking pagi bagai kenangan raib, dan pertemuan kembali menjelma senja.   Akhir hari, sebuah masa paceklik.   Kudiami sekali lagi, buku dan catatan. Sejarah menjauh, bunga dan kelopak bunga             memerah. Bulan mengembang semisal pukulan membelam.   2023  

SENARAI GERIMIS

Sajak Rudiana Ade Ginanjar Senarai Gerimis   1. Sebatang sungai turun, lembut.   Hutan putih oleh musim. Rontok, abu masa laluku.   2. Tidak juga lagu-lagu ini, angan-angan tumbuh   dan menderaplah sunyi.   3. Kita selalu menghitung hari kembali.   Dan pertemuan-pertemuan pergi….   4. Suara-suara yang lebih bocah dari diriku, ada,   yakni hidup.   Mereka meminta, menuntut, dan cemas.   5. Kapal-kapal yang diangkut laut, mereka letih.   Mata yang awas pada peristiwa, ia hanyut.   6. Masih ia cari, tapi pintu-pintu terus mengatup:   musim belum tiba.   Hanya cemas dan pertanyaan mengembus.   7. Seorang diri, tidak juga ia mengerti.   Suara jauh dan sayup, ia masih ingin mengerti.   8. Orang-orang dan tanah kecil, hutan berlagu dari jauh.   Dusun tempatnya tumbuh.   9. Ia mengerti, tanda.   Masih ia mengerti, untuk sesaat saja.   Senyum ditimbun gaduh.   2023

KEHIDUPAN KECIL

Ladang orang kecil, dikenakan padanya silsilah:             dahulu, sungai adalah urat nadi dan rimba bertakhta di pegunungan.   Dusun orang pedalaman, dibangun padanya rumah-rumah yang pernah tugu r sebagai hunian segala musim, dengan jerami dan batang pohon konon berdiam suatu riwayat.   Kehidupan kecil, bernyanyi di ketinggian bukit. Dentang para penggali sumber             yang menggerakkan jalur baru ke masa akanan.   Adalah ternak di penggembalaan padang rumput berdengung seruling debar dawai jiwa.   2019       Termaktub dalam manuskrip buku puisi Salam Bumi (2019) karya Rudiana Ade Ginanjar. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. 

SYAIR DAN CHAIRIL

  Oleh: Rudiana Ade Ginanjar   SYAIR SEBAGAI BENTUK sastra secara sederhana digambarkan dalam untaian baris liris dan berima. Kaidah syair berasal dari Arab. Nuansa yang dibangun kental dengan religi. Atau perasaan si penyair. Romantisisme ketuhanan menyinari banyak syair yang ditemukan di masa lalu, bersama itu pula syair yang membumi, antarinsan, muncul. Doa-doa seniscaya puisi, adalah ungkapan tulus yang dibarengi dengan kata-kata indah, jujur atau juga pengharapan. Sisi yang menonjol dari syair adalah unsur perasaan. Dia menata diri dengan sederhana sehingga bangunan syair mudah digubah. Bermain dengan teknik bukanlah jalan yang diharapkan, karena cukuplah meletakkan  satu lantunan terukur dalam bait-baitnya dan syair pun mengalir. Dewasa ini, kita sering memperhatikan gejala berbelit dalam kaidah puitik. Sebuah demonstrasi bentuk. Ide-ide, tradisi wejangan, epik silam atau narasi dongeng telah diperas dalam satu cara baru. Yang terungkap dengan konvensi umum kini menjalani situasi

FEDERICO GARCIA LORCA, "Nyanyian Singkat Hasrat Pertama"

  Di pagi muda kuingin menjadi segenggam hati. Segenggam hati.   Dan di malam matang kuingin menjadi seekor bulbul. Seekor bulbul.   (Jiwa, berubah sewarna limau. Jiwa, berubah sewarna kasih.)   Di pagi hidup kuingin menjadi diriku sendiri. Segenggam hati.   Dan pada akhir malam kuingin menjadi suaraku. Seekor bulbul.   Jiwa, berubah sewarna limau. Jiwa, berubah sewarna kasih.       Ditty of First Desire   In the green morning I wanted to be a heart. A heart.   And in the ripe evening I wanted to be a nightingale. A nightingale.   (Soul, turn orange-colored. Soul, turn the color of love.)   In the vivid morning I wanted to be myself. A heart.   And at the evening's end I wanted to be my voice. A nightingale.   Soul, turn orange-colored. Soul, turn the color of love.       Judul asli, “Ditty of First Desire” karya Federico Garcia Lorca. Dipublikasikan oleh “Poemhunter.com: The World's Poetry Archieve” (2012) dalam judul Federico Garcia Lorca: poems (pdf.). Diterjemahkan oleh Ru

MELIHAT LUKISAN

  Oleh: Rudiana Ade Ginanjar   perempuan yang melukis pagi membawa kanvas ke altar orang menari, menyanyi dan menabuhi kesunyian   PAGELARAN LUKISAN yang kerap terjadi di sejumlah galeri atau ruang budaya publik selalu menarik perhatian bagi para pencinta seni, khususnya seni rupa. Saya adalah salah seorang yang tertarik. Jika Anda pernah mendengar sejumlah ungkapan tentang kebajikan suatu gambar maka salah satunya yang anonim adalah sebuah gambar berbicara ribuan kata. Dalam dunia literasi kita mengenal teknik showing not telling. Teknik menulis tersebut lebih banyak mempergunakan kata untuk menunjukkan suatu bentuk ekspresi, ketimbang mengatakannya secara langsung. Penggambaran adalah inti metode itu. Hal yang sama yang terjadi dalam diri penganut aliran simbolisme sastra: mengutarakan sesuatu yang menjadi efeknya. Dalam pemahaman-pemahaman itu, lukisan absah mengusung peran berbicara ribuan kata. Lukisan berbicara lebih banyak daripada halaman-halaman buku. Apakah

BARU

Duka telah memberat, sebuah alun dari tungku lenyap api.   Awan tinggi di udara, mulai menikam warna             gelap. Perdu-perdu merunduk dalam gerimis usai hujan lebat, dan pedusunan lindap ke dalam sepi.   Nada yang dingin. Nada-nada dari irama lembap, buah-buah berjatuhan hari terus mengeram jenak orok.   Aku telah kenangkan kota jauh, seperti kekasih. Rindu-rindu terbuat dari citra kata kemarin, dari kabar di gema pelabuhan.   Laut seorang nelayan adalah jalan mereka menuju pulau.   2022    Termaktub dalam manuskrip buku puisi “Menetap” (2022) karya Rudiana Ade Ginanjar. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

SUNYI

    Pada sebidang jam dinding waktu telah meninggalkan detak. Ngarai silam, sehampar kalimat usang telah lama tergeletak.   Arak-arakan pagi, gelintir cahaya suram. Bangunan menyiratkan warna sedih             dari lekang zaman, tak pernah lagi hirau asal usul menyibak bahagia.   Hanya musik telanjang oleh suara, sebuah ranjang dengan mimpi mengalir jauh dan masih mencari muara. Hari hidup dalam mulut bisu.   Sekali aku melihat lengan hari depan dan diam. Sebuah lonceng hening tegak merajai tanah terbuka, cermin-cermin dalam benak kusam kaca aum binatang, lengking pada sebuah jam sirna detak.   Hujan-hujan bertebaran meniru abu.   Wangi udara terisi gelagat, burung-burung hilang tempat.   2022       Termaktub dalam manuskrip buku puisi Menetap (2022) karya Rudiana Ade Ginanjar. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.