PALANG PINTU YANG LEBIH SEDERHANA
Palang pintu yang lebih sederhana
menahan gemuruh tanya:
diammu. Di langit seorang
menambal lubang,
hujan angin dan pesta mendung.
Orang-orang mengenal musim itu,
dari suatu dongeng dan tuntunan.
Dari Barat, sajak-sajak kembali kudengar.
Gugur, suara memintal sunyi.
Mereka kembali merdeka, Oh, Kepastian.
Bagai hari-hari menanti fajar,
serangkum sejuk di kepala-kepala mandi mentari
tanah rendah kaki bukit.
Bagaimana menyisir suara dan warna?
Ulang tahun kenangan, selembar catatan
meminta kata pertama;
dijumpai benih dan akar
diguyur tangis dan rinai gerimis.
Dan pekik dan sorak
bayangan menempel dari balik kaca basah jendela,
mencuri sekali lagi
waktu jeda.
Kautahan, sejumlah kata meruap jadi barisan
ruang tunggu, selasar pengantar berita.
Di gerbang lelaki penjaga
memahat arca setianya.
2022
Termaktub dalam
manuskrip antologi puisi Menetap
(2022) karya Rudiana Ade Ginanjar. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Comments
Post a Comment